Jakarta, CNBC Indonesia – Institute for Development of Economic and Finance (Indef) menilai kinerja perekonomian pada kuartal I-2024 menunjukkan daya beli masyarakat yang tengah menurun. Daya beli masyarakat yang paling tertekan adalah kelas menengah.

“Ada yang bermasalah dengan daya beli masyarakat,” kata peneliti ekonomi makro dan keuangan Indef, Riza Annisa Pujarama, Selasa, (7/5/2024).

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2024 mencapai 5,11%. Konsumsi rumah tangga berkontribusi paling besar, yaitu 54%. Akan tetapi, tingkat pertumbuhannya hanya 4,91%. Angka tersebut lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan konsumsi masyarakat sebelum pandemi yakni 5%.

Riza menilai pertumbuhan konsumsi rumah tangga itu belum optimal. Mengingat banyak sekali momentum pada Q1 yang dapat mendorong tingkat konsumsi lebih tinggi, seperti Ramadan dan persiapan Idul Fitri.

“Ada Ramadan, ada persiapan lebaran, dari belanja pemerintah ada bansos dan ada Pemilu,” kata Riza.

Riza mengatakan minimnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga itu menunjukan ada permasalahan dalam daya beli masyarakat. Menurut dia, apabila daya beli masyarakat baik-baik saja, seharusnya pertumbuhan ekonomi bisa lebih dari 5,11%.

“Kalau daya beli masyarakat masih baik-baik saja, itu harusnya bisa mendongkrak lebih dari 5,11%,” tegasnya.

Riza mendetailkan penurunan daya beli utamanya disebabkan oleh inflasi bahan pangan akibat efek El Nino. Dia mengatakan pendapatan masyarakat habis untuk konsumsi pangan. Dia mengatakan tekanan pada daya beli itu terlihat dari data pembelian pakaian dan alas kaki, serta jasa perawatan yang tumbuh terbatas.

“Kalau lebaran permintaan garmen biasanya naik. Namun kita lihat trennya menurun di Q1,” ujarnya.

Riza mengatakan data penerimaan APBN mengkonfirmasi terjadinya penurunan daya beli masyarakat ini. Dia mengatakan penerimaan dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terkontraksi dalam laporan APBN kuartal I.

“PPN itu turun cukup dalam ini merfleksikan adanya penurunan daya beli masyarakat,” tegasnya.

“Mereka menahan konsumsinya apalagi di kelas menengah yang tidak mendapat bantalan sosial,” kata dia.

Dia mengatakan kondisi kelas menengah saat ini terjepit. Di satu sisi, pendapatan mereka cenderung stagnan bahkan tergerus oleh inflasi. Akan tetapi, mereka tak mendapatkan bantuan sosial.

“Jadi otomatis mereka akan menahan konsumsinya,” pungkas Riza.

[Gambas:Video CNBC]



Artikel Selanjutnya


Menko Airlangga Beberkan Penyebab Kelas Menengah RI Malas Belanja


(haa/haa)




Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *